[🌸] Rin, Isagi, dan Nutrisi

Setelah mendapat segala kabar buruk mulai dari para pemain di Bluelock sampai Ego sekalipun, sungguh membuat Isagi ingin marah kepada Rin saat ini juga.

Lemas karena tidak mau makan? Posisi kapten akan diganti karena performa buruk? Konyol! Yang benar saja?!

Isagi tidak bisa menerima hal tersebut karena ia sudah mendeklarasikan bahwa Rin adalah rivalnya! Ia mau bersaing dengan Rin si posisi nomor satu terhebat di Bluelock! Bukan Rin yang tiba-tiba melemah tanpa alasan tidak masuk akal seperti sekarang!

“Awas lo kalo ketemu gue langsung gue gampar-gampar biar sadar!”

Ya, niatnya begitu. Tetapi ketika ia membuka pintu kamar dan melihat sosok yang ia cari-cari ini sedang meringkuk di atas kasur dengan posisi membelakanginya, amarah Isagi langsung meredam secepat kilat.

“Rin?”

Mendengar namanya dipanggil, tubuh Rin bereaksi kecil tetapi dirinya sendiri tidak menyahut. Isagi terpaksa berjalan mendekat dan menghampiri Rin yang baginya kini terlihat seperti kucing besar yang sedang merajuk.

“Gue udah ambil nutrisinya, Rin.” ucap Isagi begitu ia duduk di tepi ranjang.

“Gak bilang gua?”

“Lo aja susah dihubungi dari kemarin, dan sebelum lo boleh ambil nutrisinya, gue mau lo makan dulu supaya-”

“Gak, gua udah kenyang.”

Penolakan Rin membuat Isagi kesal, “Lo nih apa, sih? Badan lo aja lemes banget kata pemain lain gara-gara lo cuma mau minum susu!”

“Ya, karena gua kenyang.”

BATU BANGET! batin Isagi kesal.

Amarah Isagi mulai bangkit lagi, tapi untuk menghadapi orang seperti Rin ia harus menjadi lebih tenang, apalagi umur Isagi lebih tua sedikit dari Rin. Ya, Isagi harus menyikapinya lebih dewasa.

Isagi kini makin mendekatkan dirinya kepada Rin, “Tapi, Rin, kata Pak Ego pun performa lo semakin buruk dalam dua hari ini, bisa bahaya kalau sampai setelah lo terima nutrisi, lo masih juga buruk, posisi kapten lo bisa terancam diganti, lo gak mau, kan?” bahkan nada suaranya ia lembutkan upaya meluluhkan yang lebih muda.

Entah berhasil atau tidak, tapi respon Rin yang langsung membalik tubuhnya membuat harapan kecil di hati Isagi muncul.

“Isagi bukannya gak mau Rin nenen lagi? Padahal Isagi tau Rin suka nenen.”

Terkejut, wajah Isagi sontak memerah mendengarnya. Apalagi kini Rin berbicara dengan menggunakan nama mereka, semakin membuat Isagi mengalah untuk ikut bersikap tambah lembut kepada si Itoshi bungsu ini.

“Ya- iya, sih, makanya gue pakai tampon sekarang, tapi lo harus tetep mau makan dulu, Rin,”

“Pakai tampon percuma, gak akan keluar semua, Rin udah cari tau juga soal itu.” ucapnya kali ini dengan wajah yang ikut murung.

Isagi terdiam selama beberapa saat untuk memeroses keadaan yang membuatnya tidak tahu harus berbuat apa.

Ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah yang ada di depannya ini benar-benar seorang Itoshi Rin yang sangat ketus dan tidak sopan itu? Mengapa kini ia terlihat seperti anak kecil yang merajuk karena permintaannya tidak dituruti?

“Seenggaknya masuk nutrisi dulu, kalau nanti Rin jadi pemain yang terlemah gimana?” Sial, bahkan Isagi akhirnya ikut mengimbangi cara bicara Rin seperti saat ini.

Rin mengangkat bahunya pelan, “Mungkin Rin bakal dileminasi juga.”

Tapi begitu mendengar ucapan yang lebih tidak masuk akal, detik itu juga Isagi membelakakan matanya, apa ia tidak salah dengar? Seorang Itoshi Rin mampu mengucapkan kalimat seperti itu?!

Wah, ini sudah kelewatan.

“Rin! Rin gila?! Katanya Rin mau Isagi jadi orang terdekat yang bisa ngeliat Rin jadi nomor satu di dunia!” Isagi mengguncang pelan tubuh Rin yang masih juga meringkuk bodoh di kasur ini, “Bahkan Rin mau ngalahin abang Rin juga, kan? Masa gitu aja Rin nyerah!”

Rin menundukkan kepalanya, ia tetap menggeleng yang membuat Isagi kecewa, “Isagi aja, karena kalau Rin percuma. Untuk bisa jadi nomor satu aja Rin harus dapat nutrisi yang kurang itu dari perasan tampon,” ia juga mendengus pelan di sela ucapannya, “karena sebenernya Rin udah coba dengan latihan lebih sampai gak makan, kekuatan Rin tetap aja kurang kalau tanpa nutrisi, jadi mungkin udah saatnya Rin harus berhenti dan tereleminasi.”

Rin melirik sekali lagi pada Isagi sebelum akhirnya ia kembali membalik badannya untuk memunggungi Isagi dengan keadaan yang lebih menyedihkan.

Berhenti dan tereleminasi katanya?

Isagi tersenyum miring, kepalanya yang tadi ia tundukkan kini terangkat untuk mengucapkan kalimat final yang akan ia gunakan untuk membujuk Rin terakhir kalinya.

“Oke, kalo gitu Rin boleh ambil nutrisi ini tanpa tampon lagi.”

Karena Isagi sudah tidak mau pusing lagi untuk mengeluarkan 1001 cara membujuk Rin agar kembali seperti semula. Isagi langsung memakai cara ke-1002 ketika ia akan kembali menjadi pihak yang mengalah agar semua masalah bisa terselesaikan dengan cepat.

“Gak perlu. Isagi tau kalau Rin suka nenen, bahkan dari kecil sampai dikasih empeng, Rin gak mau maksa Isagi lagi.”

Tetapi Rin masih keras kepala dan membuat Isagi tidak segan-segan untuk menarik tubuh Rin agar kembali berhadapan dengannya. Bisa ia lihat wajah si bungsu itu tersentak begitu melihat Isagi terlihat tidak main-main dengan ucapannya.

“Kalau Isagi bilang boleh, ya berarti boleh!”

Rin menggeleng, “Tapi nanti Isagi juga merasa bersalah di masa-”

“ARRRGHHH!!! GUE LEBIH MERASA BERSALAH KALO LO MALAH TERELEMINASI, ANJINGGG!!! BAHKAN GUE GAK SUKA BANGET KALO GUE MENANG DARI LO, RIVAL GUE, TAPI KARENA LO GAK MINUM NUTRISI PADAHAL KEMAMPUAN LO TETAP AJA JAUH DI ATAS GUEEE!!!”

Isagi akhirnya berteriak karena sudah kehilangan kesabaran yang sejak awal ia tahan, membuat Rin ikut terkejut hingga ia diam tanpa mampu untuk mengucapkan satu patah katapun.

Isagi mengatur napasnya untuk kembali normal dengan wajah yang makin memerah, entah karena marah atau malu, sebab ucapan selanjutnya yang akan ia ucapkan akan terdengar lebih mengejutkan untuk dirinya dan juga Rin.

“Jadi sekarang buruan Rin ambil nutrisi Rin dan ne-” Isagi menggantung ucapannya hanya untuk menyingkap bajunya ke atas, memperlihatkan kembali kedua dadanya kepada Rin seperti yang biasa ia lakukan, “-nenen di Isagi lagi.”

Isagi mengucapkan kalimat itu sambil menyembunyikan wajahnya di balik baju yang ia angkat, karena apa yang ia lakukan sangat membuatnya malu, ia merasa saat ini seperti mangsa yang sedang menyerahkan diri kepada predator buas yang memang mengincarnya.

Karena benar saja, jika Isagi melihat raut wajah Rin saat ini, pemuda itu tengah menyeringai tipis dengan wajah berseri seperti energi kehidupannya kembali lagi.

Tanpa berucap sepatah kata lagi, tangan besar Rin langsung membawa tubuh Isagi yang lebih kecil untuk ia baringkan di kasur bersama dengannya. Perlahan tetapi pasti, satu tangan Rin digerakkan untuk melepas plester yang menutupi kedua puting memerah Isagi.

“Shh...”

Rasa sakit dan nyeri yang kembali terasa membuat Isagi tanpa sadar meringis kesakitan. Rin yang mendengar hal tersebut tanpa segan langsung memberi kecupan-kecupan lembut pada area sekitar dada upaya membantu meredakan.

“Rin mulai lagi ya, Sa?”

Bahkan nada ucapan Rin tak kalah lembut dari perlakuannya saat ini membuat Isagi terbuai, “Ya, Rin.” dan tanpa pikir panjang ia pun ikut mempersilakan.

Isagi memejamkan matanya begitu mulut basah dan panas Rin kembali melahap satu putingnya. Bahkan tak terasa tubuh Isagi sudah dibuat menyamping untuk mempermudah Rin yang ingin memeluknya selagi sang Itoshi bungsu itu mengisap nutrisi miliknya.

Tangan Isagi pun tak tinggal diam untuk ikut menyamankan posisi dengan memeluk kepala Rin sambil mengusap-usap helai rambut kehijauannya.

Suasana kembali hening, dan di sela-sela Rin asik menikmati aktivitasnya, Isagi mendengus tipis. Kini ia tahu jawaban dari pertanyaan yang sejak dua hari lalu selalu mengusik kepalanya.

Dasar manja. Gak makan lah, takut kurang kalau pakai tampon, bilang aja lo cuma mau nenen!

Tetapi entah mengapa Isagi tidak terlalu masalah lagi untuk hal tersebut. Karena hari ini ia benar-benar dibuat tidak menyangka karena ia bisa melihat sisi Rin yang seperti ini. Sisi baru yang sepertinya hanya Isagi yang tahu dan ia merasa spesial untuk itu.

Lagi pula kalau boleh jujur, jika menunggu dengan tampon prosesnya memang akan lebih lama, rasa sakit justru akan cepat hilang berkat isapan Rin. Jadi sepertinya yang mau bukan hanya Rin, melainkan Isagi sendiri sukarela untuk memberikan nutrisinya dengan cara seperti ini kepada Rin.

“Isagi,” panggil Rin yang tiba-tiba melepaskan isapannya sambil mendangak untuk menatap Isagi langsung.

“Hm? Udah, Rin?” Isagi juga ikut menunduk dan membuat kedua mata mereka kembali bertemu.

Tetapi Rin menggeleng, membuat Isagi bingung sampai akhirnya Rin kembali mengeluarkan suaranya.

“Kalau lo emang gak mau bersalah dengan pacar gua di masa depan, gimana kalau lo aja yang ambil peran itu dari sekarang?”

“Hah?” Isagi mengerjapkan kelopak matanya berkali-kali karena tidak mengerti.

“Iya, kalau lo juga mau jadi orang terdekat yang menyaksikan gua jadi nomor satu di dunia, mungkin bisa dengan jadi pacar gua dulu?”

Begitu mengerti, Isagi lantas tersentak dan langsung melepaskan pelukannya pada kepala Rin, “Heh! Gue yang justru bakal jadi nomor satu di dunia!”

“Yakin?”

Rin mendengus meremehkan yang kini membuat Isagi kembali sadar bahwa Rin yang menyebalkan dan tidak sopan sudah kembali seperti semula.

“Ish! Lagian lo kali yang sebenernya mau jadi pacar gue, kan?”

Sialan, wajah Isagi makin memanas karena malu. Padahal Rin yang menggemaskan dan lucu tadi sudah mampu meluluhkan hatinya! Dasar perusak suasana!

Rin terlihat berpikir sejenak sebelum menjawab, “Jadi pacar lo? Gak masalah.” Kemudian ia kembali menarik tubuh Isagi untuk mengeratkan pelukan mereka.

“DIBILANG LO YANG JUSTRU MASALAHNYA-MMPPHH!”

Isagi dengan sigap menutup mulutnya untuk menahan suara aneh yang akan keluar ketika Rin kembali memulai aksinya. Sementara Rin di bawah sana tengah asyik mengisap dengan senyuman tipis yang tentu saja tidak bisa dilihat oleh Isagi lagi.

Wajah bahkan seluruh tubuh Isagi rasanya seperti terbakar ketika memikirkan kembali ucapan Rin barusan. Bukankah laki-laki itu baru saja mengajaknya untuk berpacaran? Apa itu artinya Rin menyukai Isagi? Tetapi bukannya mereka berdua ini laki-laki? Mereka juga rival, kan? Sial!

Ah, ada begitu banyak lagi pertanyaan yang harus Isagi cari tahu jawabannya setelah ini. Tetapi yang paling terpenting adalah Rin harus lebih dulu selesai mengisap habis nutrisi miliknya ini—nutrisi yang juga menjadi alasan atas terjadinya semua hal aneh kepada mereka berdua sampai detik ini! []

© 2023, roketmu.