[🌸] Nutrisi untuk Rin

Jantung Isagi berdetak lebih kencang dari biasanya seiring ia berjalan masuk ke toilet. Walau memang sudah sepi dan sepertinya mereka tidak akan ketahuan, tetapi tetap saja justru yang paling membuat Isagi gugup adalah tentang apa yang akan ia lakukan bersama Rin malam ini.

Isagi menahan napas begitu melihat Rin sudah berdiri di depan pintu salah satu bilik toilet, menunggunya.

“Kenapa masih diem aja? Masuk.”

Menurut meski langkahnya kaku seperti robot, tiba-tiba saja Isagi sudah berada di dalam satu bilik dengan Rin yang juga langsung menguncinya.

Ya ampun, Isagi seperti ingin dibunuh.

“R-rin? Lo yakin beneran gak perlu tampon? Kaya-”

“Kita udah setuju untuk mempercepat proses ini, gua gak mau buang waktu lagi.” potong Rin cepat.

Ah, Isagi sepertinya tidak akan menang melawan pemuda yang sangat galak dan egois ini. Bagaimana bisa ia sangat amat tidak sopan padahal dia lebih muda darinya?!

Herannya juga Isagi malah takut dan tetap menurut, jadi sepertinya memang Isagi saja yang pertahanannya lebih lemah ketimbang si Itoshi bongsor ini.

“Oke, terserah lo. Tapi lo jangan nyesel karena a-apa yang kita lakuin ini gak masuk akal banget!”

Rin mendengus, “Gak peduli. Sekarang buka baju lo.”

HA?!

Wajah Isagi langsung memerah bahkan tangannya reflek menyilang di depan dada, melindungi diri seakan Rin adalah predator yang ingin menerkamnya saat itu juga.

“Lo gila?!”

Mengabaikan bentakan Isagi, Rin justru menghimpit yang lebih pendek ke tembok bilik sambil berusaha untuk membuat kedua tangannya turun.

“Gua mau ambil nutrisi lo, gak usah mikir aneh-aneh.” tangan Rin yang satu lagi pun menarik ke atas baju bagian bawah Isagi yang langsung memperlihatkan perut kencangnya, “kalo lo gak mau buka baju, lo bisa tahan ini ke atas atau lo gigit biar gak lepas.”

Rin berkata seolah-olah hal tersebut hanyalah hal kecil yang tidak perlu dipikirkan, sementara kepala Isagi rasanya ingin pecah karena terlalu malu untuk memikirkan apa yang terjadi selanjutnya.

Ahk!”

Tapi jika ia terus menahan nutrisi Rin terlalu lama di tubuhnya juga tidak baik, otot-ototnya akan bermasalah dan kemungkinan yang lebih buruk dapat menyebabkan ia tereleminasi.

Isagi lebih tidak ingin hal itu terjadi!

“Lo masih sakit?” tanya Rin.

“Dari tadi juga sakit,”

“Kalo gitu gua bisa tunggu sampai-”

“Lakuin sekarang, Rin.” potong Isagi lebih dulu dengan tangan yang gemetar mengangkat baju hingga memperlihatkan perut bahkan dadanya yang masih basah kepada pemuda itu, “karena s-semakin lama semakin sakit, dan itu akan buang-buang waktu lo juga, kan?”

Rin pun mau tak mau menyetujui, “Oke?”

Ketika Rin membungkuk untuk mensejajarkan wajahnya dengan dada Isagi, tanpa sadar dada Isagi membusung karena menahan napas akibat gugup, membuat Rin tersenyum miring yang tentunya tidak bisa Isagi lihat saat itu.

“Beneran basah,” ucap Rin yang masih memperhatikan kedua puting Isagi, “dan pink. Heh, lo cowok, kan?”

“Ya, gue cowok lah! Terus nga-ngapain malah lo liatin lagian?!”

Wajah Isagi kian memerah karena dari tadi Rin hanya diam untuk sekadar memandangi dua buah dadanya. Isagi sendiri juga aneh, melihat Rin yang seperti itu justru membangkitkan sesuatu perasaan yang ia pun tidak mengerti.

“Gua cuma mau mastiin,” ucap Rin menggantung.

“Mastiin ap-mmphh!”

Isagi reflek menutup seluruh wajah dengan kedua tangan begitu merasakan area panas dan semakin basah di dada terutama putingnya—yang disebabkan oleh isapan seorang Itoshi Rin upaya mengambil kembali nutrisi miliknya.

Perasaan malu dan sensasi geli bersatu ketika Isagi sendiri merasakan adanya sesuatu yang diserap keluar dalam tubuhnya, ternyata Rin benar-benar bisa meminum nutrisi dari dalam tubuh ini lewat kedua putingnya!

Rin tiba-tiba menyudahi isapannya untuk sesaat lalu mendongakkan kepala ke atas hanya untuk menatap remeh ke arah Isagi yang juga menatapnya.

“Mastiin kalo lewat tete rata lo ini beneran ada nutrisi gua.” jawabnya atas ucapan menggantung tadi.

SIALANNN!!!!

Isagi tidak tahu ia harus bereaksi apa atas fakta tersebut, tetapi ia dibuat heran oleh Rin yang justru kembali berdiri tegak. Apakah mereka selesai secepat itu?

“Gua capek bungkuk terus, lo terlalu pendek.”

Isagi lantas mendengus kesal, “Ya, maaf kalo gue pendek?! Salah sendiri lo juga ketinggian!”

Rin tidak menanggapi ucapan Isagi dan ia justru langsung duduk begitu saja di atas kloset yang tertutup. Belum sempat Isagi kembali mengomel, tangannya sudah ditarik oleh Rin hingga menyebabkan dirinya jatuh duduk beralaskan paha pemuda itu di bawahnya.

“R-Rin?!”

“Posisi ini lebih enak.”

Tanpa menunggu reaksi Isagi lagi, Rin sudah kembali melahap dada kanan Isagi dan juga mengulum putingnya. Mau tak mau Isagi kembali menutup mulut lagi, tapi kali ini dengan menggigit ujung baju seperti yang disarankan Rin karena kedua tangannya secara tanpa sadar sibuk memeluk kepala sang striker nomor satu itu.

Rin sendiri terlihat tidak masalah dengan hal itu. Ia sendiri pun selagi mengisap kedua puting Isagi bergantian, tangannya sudah ikut melingkar nyaman pada pinggul pemuda di pangkuannya ini.

Kepala Isagi sungguh pusing, mulut panas Rin benar-benar menguasai area dadanya, bahkan Isagi sampai tidak tahu sebenarnya Rin hanya mengisap putingnya atau ikut melumat buah dadanya.

Apakah Rin tidak sadar bahwa Isagi laki-laki? Hanya kebetulan saja ada nutrisi di tubuhnya yang menyebabkan kondisi aneh seperti ini, tidakkah Rin merasa enggan atau jijik dengan mengulum puting seorang laki-laki lain seperti ini?

Akhirnya di sela-sela kegiatan mereka ini Isagi memberanikan diri untuk menundukkan kepala, berniat untuk melihat Rin. Tetapi mata Isagi langsung membelalak begitu melihat pemandangan di depannya sangat berbeda dengan apa yang ia bayangkan.

Rin yang ia pikir sedang berwajah marah justru dari tadi tengah asyik mengisap dan meminum nutrisi dari kedua putingnya dengan mata yang terpejam—menikmati aktivitasnya dengan tenang.

Saat itu juga sensasi aneh kembali muncul dalam diri Isagi yang entah kenapa melihat Rin sebegitu menikmatinya membuat ia... senang.

Tunggu, senang?! Apa Isagi sudah gila?!

Jelas-jelas ia berada dalam posisi paling tidak menguntungkan yaitu seperti sedang menyusui bayi besar yang padahal dia adalah rival terhebatnya. Lebih parahnya lagi dia bukan sedang meminum susu! Melainkan nutrisi untuk membuatnya tubuhnya semakin kuat!

Bagaimana bisa Isagi merasa senang dalam kondisi seperti ini? Isagi rasa ia benar-benar kelelahan dan membuat dirinya jadi tidak bisa berpikir jernih.

“R-Rin? Masih banyak?” bisik Isagi parau.

Mmhh?” Rin pun melepaskan isapannya tiba-tiba hingga menghasilkan bunyi ‘pop!’ yang makin membuat Isagi malu, “Gatau, lo sendiri masih ngerasa sakit, kan?”

Isagi mengangguk, “Ya-yaudah gue cuma nanya,”

“Atau lo mau lebih cepet lagi?”

“Maksudnya? AHH~

Isagi yang belum sempat memeroses keadaan pun dibuat langsung mengeluarkan suara aneh begitu saja akibat isapan Rin yang menguat secara tiba-tiba.

Ahhn– Rin! Pelan-pe-nggh!

Rin tidak mendengarkan sama sekali dan Isagi hanya mampu kembali menggigit ujung bajunya, mengalah. Rasa sakit mulai berkurang digantikan oleh sensasi menggelikan yang tanpa Isagi sadari jari-jari kakinya ikut menegang.

Benar adanya bahwa isapan kuat Rin memang mempercepat proses penerimaan nutrisi, karena dalam beberapa saat kemudian Isagi tidak merasakan rasa sakit sama sekali di dadanya. Ya, bisa dikatakan bahwa nutrisi tersebut sudah diisap habis oleh sang pemilik asli.

Heh, ternyata si Mata empat bukan sembarang omong, gua merasa stamina gua seperti terisi penuh.” ucap Rin begitu ia selesai.

Menyadari bahwa tidak ada reaksi dari Isagi, akhirnya Rin kembali mendongak ke atas dan mendapati wajah Isagi masih semerah tomat dengan napas terengah-engah.

“Kenapa? Gua gak ikut ngambil nutrisi lo juga, kan?” tanya Rin dengan alis terangkat satu.

Isagi menggeleng cepat, “Ngga, ngga sama sekali.”

Kemudian Isagi buru-buru bangkit dari atas tubuh Rin sebelum pemuda itu berkomentar lebih jauh. Rin hanya mengangkat bahunya cuek, dengan berani ia ikut bangkit untuk langsung membuka kunci dan pintu bilik toilet mereka.

Isagi menepi di belakang pintu sementara Rin mengedarkan pandangannya untuk memeriksa keadaan di luar bilik.

“Gak ada siapa pun,” kemudian Rin menoleh pada Isagi yang sama sekali tidak berani menatapnya sejak selesai tadi, “kalo gitu gua keluar sekarang, lo belakangan.”

“O-oke.”

Rin dengan santai melangkah keluar dengan suasana hati yang jauh terlihat lebih baik ketimbang saat tadi sebelum mereka masuk ke bilik toilet.

Langkah kakinya yang mulai terdengar menjauh menandakan bahwa ia benar-benar sudah pergi dari sini dan Isagi bisa ikut keluar dengan tenang.

“Akhirnya selesai juga...”

Menghela napas lega, Isagi pun reflek mengelus dadanya dan dalam seketika ia sadar akan adanya perbedaan di sana.

Dengan cepat Isagi mengangkat bajunya hingga ke atas dan ia langsung bisa melihat kedua buah dadanya yang tadi masih rata kini sedikit lebih membengkak, dengan puting yang masih berdiri, semakin memerah, dan juga basah—yang semuanya disebabkan oleh seorang Itoshi Rin.

Tetapi wajah Isagi pun tak kalah merah, apa lagi ketika kilas balik kegiatan gila yang mereka lakukan di toilet malam ini sudah kembali berputar ulang di kepalanya.

Mulai dari Rin yang memandang ke dua buah dadanya, Rin yang memangkunya, mengisap putingnya, bahkan sampai wajah Rin... yang terlihat menikmati semuanya.

“Gue... GUE BENERAN ABIS NENENIN RINNN!!! AAAAAAA!!!” []

© 2023, roketmu.